Bagaimana jika kutub magnetik (medan magnet) bumi bertukar posisi yang
utara menjadi selatan dan sebaliknya?. Tidak ada seorang pun yang
merasakan, melihat atau menyadari bahwa kutub magnetik
Bumi terus berpindah dengan cepat. Tidak juga jarum kompas, yang tetap
menunjuk ke arah utara. Namun penelitian para ahli geofisika menunjukan,
dinamika di inti Bumi menyebabkan pindahnya kutub magnetik Bumi lebih
ke utara. Di antara inti Bumi yang cair dan panas, serta kerak Bumi yang
dingin, terjadi gerakan konveksi panas terus menerus. Rotasi Bumi
menyebabkan pergerakan panas itu membentuk semacam pusaran. Perubahan
pada rotasi Bumi, menyebabkan pindahnya kutub magnetik tsb.
Volker
Haak peneliti dari pusat penelitian kebumian di Potsdam Jerman-GFZ,
melaporkan, kutub magnetik Bumi bergerak dari Kanada ke arah Rusia.
Kecepatan pergerakannya dalam beberapa tahun terakhir ini terus
meningkat, dari rata-rata 10 kilometer per tahun, menjadi 50 kilometer
per tahunnya. Jika kecepatan itu tetap konstan, dalam waktu 50 tahun,
kutub magnetik Bumi akan pindah sampai ke Siberia. Pengamatan menunjukan
sejak tahun 1.600 kutub magnetik Bumi telah berpindah beberapa kali.
Perpindahan kutub
magnetik Bumi, bukanlah fenomena luar biasa. Penelitian para ahli
geofisika terhadap arah megnetisme pada batuan menunjukan, rata-rata
setiap 250.000/500.000 tahun sekali medan magnet Bumi berubah arah.
Perubahan kutub magnetik terakhir, terjadi sekitar 750.000 tahun lalu.
Perubahan kutub magnetik Bumi, tidak berdampak apapun bagi Bumi itu
sendiri. Akan tetapi di zaman teknik canggih seperti saat ini, dampaknya
amat besar pada umat manusia. Jika dalam pergerakannya, medan magnet
yang melindungi Bumi menghilang, walaupun dalam waktu singkat, dampaknya
akan sangat terasa.
Ketika
medan magnet menghilang, Bumi kehilangan pelindung dari serangan angin
matahari. Pancaran partikel ter-ionisasi akan menembus jauh ke bawah
atmosfir Bumi. Saklar-saklar berukuran mikro atau nano dalam chips
komputer akan terpengaruh. Instrumen pada pesawat terbang atau satelit
menjadi kacau. Juga jaringan pemasok enegi dan informasi akan terganggu
berat. Kedengarannya seperti cerita fiksi ilmiah, akan tetapi semuanya
nyata. Manusia sudah memasuki zaman teknologi, dimana gangguan dari luar
angkasa akan sangat berpengaruh.
Selain
itu, meningkatnya kadar pancaran kosmis dapat mengancam keberadaan
lapisan ozon di atmosfir. Akibatnya dapat terbentuk lapisan awan tebal.
Iklim global akan mengalami perubahan dan kutub utara semakin mendingin.
Tidak tertutup kemungkinan, juga kasus kanker kulit meningkat. Sebuah
skenario bencana yang mengerikan. Akan tetapi perubahan iklim dan
meningkatnya pancaran kosmis, tidak berlaku dalam waktu singkat dalam
ukuran manusia. Fenomena pertukaran kutub magnetik Bumi, biasanya
berlangsung dalam waktu 1000 tahun atau lebih, demikian laporan pusat
penelitian kebumian di Potsdam. Namun berdasarkan ukuran waktu Bumi
rentang waktu 1000 tahun memang relatif singkat.
Walaupun
demikian, di beberapa kawasan di Bumi, perubahan kutub magnetik Bumi
sudah terasa dampaknya. Misalnya pada ketinggian di atas 10.000 meter di
atas kawasan Atlantik selatan, dosis pancaran sinar kosmisnya ribuan
kali lebih tinggi dibanding kawasan udara di Asia. Penghuni stasiun
ruang angkasa internasional ISS, terpapar pancaran partikel terionisasi
sekitar 90 persen dari dosis aman, pada saat satelitnya melewati kawasan
Atlantik selatan. Padahal dalam satu hari, ISS hanya melintasi kawasan
tsb hanya selama 10 menit.
Dengan
bantuan satelit Jerman, “Champ” sejak bulan Juli tahun 2000, para
peneliti di GFZ mendapatkan data akurat mengenai perkembangan global
medan magnet. Berdasarkan data terakhir, terbukti intensitas medan
magnet Bumi sejak tahun 1979 sudah berkurang 1,7 persen. Bahkan di
kawasan Atlantik selatan, pengurangan intensitasnya sudah mencapai 10
persen. Perubahan medan magnetik di permukaan Bumi tsb, adalah akibat
perubahan dinamika fluida pada inti Bumi. Bahkan diamati, gerakan
dinamika inti Bumi tidak hanya berhenti sejenak, bahkan mulai bergerak
ke arah berlawanan. Para ahli menduga, akan terjadi pertukaran kutub
magnetik Bumi dari Utara ke Selatan.
Para
ahli kebumian bahkan sudah melapokan adanya kawasan anomali. Di kawasan
tsb, jarum kompas tidak lagi menunjuk arah utara, akan tetapi
sebaliknya. Pengamatan selama 20 tahun dari tahun 1980 sampai tahun 2000
menunjukan, semakin meluasnya kawasan yang jarum kompasnya menunjukan
arah terbalik tsb. Menurut para peneliti, di kawasan inti Bumi
kemungkinan terjadi gerakan yang berlawanan dengan dinamika unsur besi
cair. Apa yang disebut antisiklus inilah yang menjadi penyebab jarum
kompas menunjuk arah selatan, bukan lagi utara seperti lazimnya.
Lembaga
antariksa AS-NASA dan lembaga luar angkasa Eropa-ESA, dewasa ini
bekerjasama lebih erat, untuk meneliti perubahan medan magnetik Bumi
tsb. Kedua lembaga antariksa terkemuka di dunia itu, meluncurkan
berbagai program penelitian cuaca di luar angkasa. Sasarannya untuk
dapat meramalkan, kapan terjadinya badai matahari. Ramalan diharapkan
dapat ditarik tiga hari sebelum terjadinya bagai. Sebab badai kosmis
dari matahari, memerlukan waktu tiga hari untuk mencapai Bumi. Dengan
begitu, dapat diambil langkah yang diperlukan, untuk mencegah dampak
dari badai kosmis tsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar